Minggu, 25 November 2018

Pemulihan Kondisi Emosional Pasca-Stroke



Setelah terkena stroke, biasanya pasien mengalami perubahan secara emosional maupun perilaku. Tak mengherankan, lantaran stroke mempengaruhi otak, yang bertugas mengelola perilaku dan emosi. Sebetulnya, pengalaman stroke bisa berbeda-beda pada setiap orang, tetapi secara umum, mereka yang pernah mengalami stroke kerap merasa kehilangan sebagian harapannya.
Dalam diri pasien juga muncul perasaan syok, sedih, penolakan, dan marah, sehingga mentalnya begitu sensitif. Antusiasme dan optimisme pasien juga lenyap. Padahal, dulu ia adalah pribadi yang selalu bersemangat dan responsif. Bagaimana mengembalikan semangat pasien agar bisa normal kembali seperti sedia kala?



Peran Keluarga
Guna memulihkan kondisi emosional pasien, peran kerabat dekat dan keluarga sangatlah dibutuhkan. Merekalah yang paling bisa memotivasi pasien melebihi dokter dan perawat di rumah sakit. Terlebih, pemberian motivasi oleh keluarga umumnya dilandasi kasih sayang, perhatian, dan ikatan emosional yang kental.
Keluarga sebaiknya meluangkan waktu khusus untuk berkomunikasi tentang segala hal dengan pasien. Biarkan ia mengeluarkan segala ganjalan hatinya, agar beban emosionalnya menjadi ringan.
Jika penanganan secara medis menggunakan obat-obatan menunjukkan progres yang positif, maka dipastikan kondisi emosional pun akan cepat pulih. Namun penting juga untuk diketahui bahwa rasa optimisme dan semangat pasien dapat mempercepat pemulihan secara fisik. Jadi, pada hakikatnya, penyembuhan secara mental maupun fisik sebenarnya saling mendukung, walaupun sebetulnya, pemulihan secara fisik pasca-stroke itu membutuhkan waktu lama, tergantung kondisi yang dialami  pasien.

Konsultasi dengan Psikolog


Jika kondisi mental pasien agak berat, biasanya dokter akan menganjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan psikolog. Dalam kondisi tertentu, psikolog akan mengajurkan pasien untuk mengikuti terapi Cognitive Behavioural Therapy (CBT), yakni penanganan mental yang mengarahkan pasien untuk mengolah cara berpikir dalam situasi tertentu, yang berefek pada keinginan pasien untuk mengubah perilakunya.
Psikolog juga akan menerapkan pelatihan strategi manajemen perilaku, terutama dalam hal mengelola kemarahan . Untuk mempercepat pemulihan, mungkin psikolog akan menganjurkan pasien untuk mengonsumsi obat anti-depresan. Obat semacam ini memang bukan untuk menyembuhkan persoalan emosional secara instan, tetapi setidaknya bisa membuat perasaan pasien lebih lega dan menyenangkan, sehingga gejala-gejala negatif ikutan yang berkaitan dengan emosi bisa ditekan.
Walaupun begitu, jika harus mengonsumsi obat-obatan antidepresan, penting juga untuk berkonsultasi dengan dokter sebelumnya, agar tidak berpengaruh buruk terhadap efektivits obat yang diperikan dokter atau terhadap penyakit penyebab timbulnya stroke.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar