Pemulihan Kondisi Emosional Pasca-Stroke
Setelah terkena stroke, biasanya pasien mengalami perubahan
secara emosional maupun perilaku. Tak mengherankan, lantaran stroke
mempengaruhi otak, yang bertugas mengelola perilaku dan emosi. Sebetulnya,
pengalaman stroke bisa berbeda-beda pada setiap orang, tetapi secara umum,
mereka yang pernah mengalami stroke kerap merasa kehilangan sebagian harapannya.
Dalam diri pasien juga muncul perasaan syok, sedih, penolakan,
dan marah, sehingga mentalnya begitu sensitif. Antusiasme dan optimisme pasien juga
lenyap. Padahal, dulu ia adalah pribadi yang selalu bersemangat dan responsif. Bagaimana
mengembalikan semangat pasien agar bisa normal kembali seperti sedia kala?
Peran Keluarga
Guna memulihkan kondisi emosional pasien, peran kerabat
dekat dan keluarga sangatlah dibutuhkan. Merekalah yang paling bisa memotivasi
pasien melebihi dokter dan perawat di rumah sakit. Terlebih, pemberian motivasi
oleh keluarga umumnya dilandasi kasih sayang, perhatian, dan ikatan emosional
yang kental.
Keluarga sebaiknya meluangkan waktu khusus untuk berkomunikasi
tentang segala hal dengan pasien. Biarkan ia mengeluarkan segala ganjalan
hatinya, agar beban emosionalnya menjadi ringan.
Jika penanganan secara medis menggunakan obat-obatan
menunjukkan progres yang positif, maka dipastikan kondisi emosional pun akan
cepat pulih. Namun penting juga untuk diketahui bahwa rasa optimisme dan
semangat pasien dapat mempercepat pemulihan secara fisik. Jadi, pada
hakikatnya, penyembuhan secara mental maupun fisik sebenarnya saling mendukung,
walaupun sebetulnya, pemulihan secara fisik pasca-stroke itu membutuhkan waktu
lama, tergantung kondisi yang dialami pasien.
Konsultasi dengan
Psikolog
Jika kondisi mental pasien agak berat, biasanya dokter akan
menganjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan psikolog. Dalam kondisi
tertentu, psikolog akan mengajurkan pasien untuk mengikuti terapi Cognitive Behavioural Therapy (CBT),
yakni penanganan mental yang mengarahkan pasien untuk mengolah cara berpikir dalam
situasi tertentu, yang berefek pada keinginan pasien untuk mengubah
perilakunya.
Psikolog juga akan menerapkan pelatihan strategi manajemen
perilaku, terutama dalam hal mengelola kemarahan . Untuk mempercepat pemulihan,
mungkin psikolog akan menganjurkan pasien untuk mengonsumsi obat anti-depresan.
Obat semacam ini memang bukan untuk menyembuhkan persoalan emosional secara
instan, tetapi setidaknya bisa membuat perasaan pasien lebih lega dan
menyenangkan, sehingga gejala-gejala negatif ikutan yang berkaitan dengan emosi
bisa ditekan.
Walaupun begitu, jika harus mengonsumsi obat-obatan
antidepresan, penting juga untuk berkonsultasi dengan dokter sebelumnya, agar
tidak berpengaruh buruk terhadap efektivits obat yang diperikan dokter atau
terhadap penyakit penyebab timbulnya stroke. (*)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Komentar
Posting Komentar